Sejarah bisnis prostitusi Tante Dolly dimulai dari Cemoro Sewu

(Foto, tidak ada hubungannya
dengan Dolly)

MERDEKA.COM. Tak banyak orang tahu sejarah panjang berdirinya Gang Dolly di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur, yang bakal luluh-lantah oleh ketegasan 'si Singa Betina' Tri Rismaharini pada 18 Juni. Hingga saat ini, informasi terkait lokalisasi yang konon terbesar se-Asia Tenggara itu masih simpang siur.

Dan usut punya usut dari penelusuran merdeka.com, ternyata lokalisasi yang katanya didirikan Noni Belanda, Tente Dolly itu bukan yang pertama. Namun lebih terkenal se-antero Asia Tenggara dibanding pendahulunya, yaitu Jarak. "Jarak itu lebih dulu ada dibanding Gang Dolly," terang Teguh, warga sekitar Gang Dolly kepada merdeka.com, Surabaya, Senin sore (16/6).

Jarak sendiri, merupakan limpahan dari lokalisasi yang ada di Jagir, Wonokromo. Lantas siapa Tante Dolly, yang kelak namanya diabadikan sebagai Gang Dolly? Mengapa namanya begitu melegenda di jagat prostitusi Tanah Air? Teguh memaparkan, Noni asal Belanda itu adalah mucikari sekaligus pemilik wisma di Cemoro Sewu, yang berada di kawasan Pemakaman Kembang Kuning, Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Sawahan, Surabaya.

"Tante Dolly dan anaknya, itu pernah ngontrak rumah di daerah Ronggo Warsito, Kecamatan Wonokromo. Dan kebetulan yang dikontrak itu rumah ibu saya, yang saat ini usianya sudah 70 tahun lebih," lanjut dia.

Wisma Tante Dolly di Cemoro Sewu yang dikelolanya sejak zaman kolonial itu, memang cukup tangguh kala itu, meski warga sekitar dan jemaah Masjid Rahmat pernah mengusir Tante Dally.

"Sampai suatu ketika, di wismanya, ada seorang turis India meninggal dan wismanya di-police line. Dengan terpaksa, pemerintahan waktu itu presidennya masih Pak Karno (Soekarno), melokalisir lokalisasi di kawasan Jarak, itu kejadiannya sekitar tahun 60-an (1960)," kata Teguh menceritakan cerita orangtuanya.

Namun, Tante Dolly menolak berkumpul dengan wisma-wisma yang ada di Jarak. Dia justru membuat wisma di tempat terpisah. Dan ternyata, bisnis lendir yang dikelola Tante Dolly ini, terbilang cukup sukses dibanding wisma-wisma yang ada di Jarak.

Maklum, wanita-wanita penghibur yang dimiliki Tante Dolly waktu itu cukup berkelas. Bahkan, paras wajah Tante Dolly mampu menghipnotis para pria hidung belang untuk mencicipi 'madunya' surga dunia. Dan karena itulah namanya cukup terkenal waktu itu. Bahkan, hingga saat ini, Tante Dolly menjadi legenda jagat prostitusi di Surabaya.

Sangking suksesnya bisnis Tante Dolly ini, dibuktikan dengan makin menjamurnya wisma di tempatnya itu, hingga akhirnya lokalisasi itu disebut Gang Dolly, yang cukup terkenal se-Asia Tenggara. Nama itu untuk mengenang sang legenda Tante Dolly, setelah kematiannya.

Namun sebentar lagi, kekokohan Gang Dolly bakal tinggal sejarah, yang tak akan dilupakan masyarakat Surabaya. Sebab, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, dengan tegas memutuskan untuk menutup Gang Dolly dan Jarak pada 18 Juni. Deklarasi penutupan akan dilakukan di Gedung Islamic Center Jalan Dukuh Kupang, Surabaya.

Risma yang dijuluki sebagai Singa Betina itu, akan merubah wajah Dolly dan Jarak dengan membangun gedung multi-fungsi berlantai enam. Lantai dasarnya digunakan sebagai area sentra PKL, lantai dua untuk aneka jajanan dan makanan, lantai tiga dan empat untuk perpustakaan dan komputer. Untu lantai lima difungsikan sebagai taman bermain dan lantai paling atas dijadikan sebagai Balai RW.

Wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini, mengaku telah menganggarkan dana sekitar Rp 9 miliar untuk realisasi mega-proyek tersebut. Dan tak kalah penting, di sekitar gedung juga akan dibangun taman-taman indah.



Sumber: Merdeka.com

No comments

Powered by Blogger.