Buaya-buaya Lepas
Buaya, reptil yang sangat menakutkan sekaligus mengerikan. Buaya muara, Buaya sungai, Buaya darat, Buaya Pohon, dan Buaya-buaya lainnya, tetaplah Buaya. Hanya beda nama di KTP doank.
Asumsi negatif, sebagai binatang menjijikkan sering disematkan untuk para lelaki hidung belang. Tak peduli belang belonteng atau belang tak beraturan. Sama-sama belangnya. Sekali belang tetap belang.
Stereotype diatas adalah pandangan dari kacamata perempuan berbau traumatik terhadap laki-laki. Tapi bagi laki-laki lebih memandang pada air matanya, untuk wanita. Air mata buaya, dari sudut biru para lelaki sering bermanuver dengan sebutan ini kepada perempuan.
Wajar saja, tangis perempuan tidak sejujur tangis laki-laki. Seperti buaya, yang selalu mengeluarkan air mata ketika memakan sesuatu. Seperti itulah perempuan di mata laki-laki.
Lalu, apa hubungannya dengan jargon semua lelaki itu buaya?
Adalah lucu dan aneh bila laki-laki disamakan dengan buaya. Bahkan buaya sama sekali tidak pernah merayu, tidak pernah memberi harapan palsu, tidak pernah menyakiti hati perempuan. Bahkan di jaman modern ini, tas kulit buaya adalah tas termahal pelengkap fashion perempuan masa kini. Justru tersiksa atau membuat wanita cantik?
Sedikit terbang ke budaya Betawi. Dalam lingkup budaya Betawi, simbol Roti Buaya pada rangkaian acara pernikahan dipakai sebagai simbol kesetiaan. Hal ini justru berbanding terbalik, dan menjadi paradok dalam keseharian kita umumnya.
Buaya yang setia? Atau Buaya yang nakal?
Buaya Pohon belum mampu menjawabnya.
(23/01/15)
Post a Comment